Berpikir divergen dan konvergen
Kreativitas adalah proses berpindah-pindah dari berpikir divergen dan konvergen. Ada saat yang tepat untuk berpikir divergen, ada juga saat yang tepat untuk berpikir konvergen. Cara berpikir konvergen adalah dimana seseorang akan membawa materi/pengetahuan dari berbagai sumber yang menunjang suatu permasalahan dan menghasilkan sebuah jawaban yang benar. Sedangkan cara berpikir divergen adalah kemampuan sesorang dalam mencari berbagai alternatif solusi terhadap suatu persoalan.
Contoh praktik berpikir divergen: brainstorming. Contoh praktik berpikir konvergen: seleksi gagasan. Jika tahap berpikir divergen diganggu konvergen (dan sebaliknya) proses kreativitas terhambat. Oleh karena itu, supaya ide dapat betul-betul bermanfaat, baik kemampuan berpikir divergen maupun konvergen sangat perlu untuk dikembangkan.
Aktivitas kelas seperti apa yang cocok Anda lakukan untuk melatih proses berpikir divergen atau konvergen pada peserta didik?
Aktivitas kelas yang cocok adalah dengan melaksanakan pembelajaran dengan model pembelajaran PjBL atau Project Based Learning. Dalam PjBL tidak ditekankan pada hasil akhir, melainkan pada proses bagaimana murid menghasilkan sebuah solusi atau produk. Model pembelajaran ini membuat murid akan mendapatkan pengalaman yang berharga dan mendorong mereka untuk aktif dalam proyeknya.
Gagasan baru: bagi saya vs orang lain
Suatu gagasan/produk disebut kreatif jika: orisinal (baru), dan adalah solusi terhadap masalah tertentu. Materi ini berkaitan dengan aspek orisinal. Gagasan/produk bisa saja “baru” bagi saya (pencipta), tapi sudah lazim di masyarakat. Jadi, harus dibedakan antara berpikir kreatif dan produk kreatif. Berpikir kreatif berfokus pada menghasilkan gagasan orisinal (tidak menjiplak), sementara produk kreatif baru mungkin melibatkan penilaian orang lain. Produk inovatif hanya terjadi jika seseorang sudah punya mampu berpikir kreatif. Hal ini yang menyebabkan proses berpikir kreatif harus ditumbuhkan dulu menjadi kompetensi seseorang.
Bagaimana cara Anda memunculkan ide kreatif pada peserta didik dalam proses pembelajaran?
Cara memunculkan ide kreatif pada peserta didik dalam proses pembelajaran adalah dengan;
- Mengemas pembelajaran dalam pendekatan Interaktif, Inspiratif, Menyenangkan, Menantang dan Memotivasi (I2M3)
- Menggunakan pembelajaran aktif seperti diskusi kelompok, Project Based Learning (PjBL), atau bermain peran (role play)
- Mengemas materi pembelajaran dengan baik melalui berbagai jenis media pembelajaran, misal dengan media audio visual, media interaktif dan media grafis.
Dari kesalahan ke ide orisinal
Suatu gagasan/produk disebut kreatif jika orisinal dan memiliki efektivitas atau solusi terhadap masalah tertentu. Materi ini akan berkaitan dengan aspek solusi. Artinya, berpikir kreatif adalah bentuk khusus problem solving. Seringkali gagasan baru benar-benar orisinal setelah berulang-ulang direvisi. Proses revisi terus-menerus inilah yang tidak dipraktikkan oleh proses berpikir nonkreatif. Hal ini sejalan dengan kata-kata Edison: “Munculnya ide sebetulnya hanya memegang 1% saja dari kreativitas, tapi 99% lainnya adalah kerja keras”.
Evaluasi seperti apa yang Anda berikan pada peserta didik untuk menghasilkan karya pemikiran yang kreatif?
Bentuk evaluasi yang bisa diberikan kepada peserta didik untuk menghasilkan karya pemikiran yang kreatif dapat dilakukan dengan evaluasi test maupun evaluasi non-test.
Menggunakan evaluasi berupa test yang dapat menghasilkan karya pemikiran yang kreatif antara lain dengan memberikan pertanyaan terbuka, pertanyaan deskriptif, dan pertanyaan uraian bebas.
Menggunakan evaluasi berupa non-test dapat dilakukan melalui pengamatan dalam kerja kelompok dengan model pembelajaran PjBL, dengan mempresentasikan hasil pekerjaan, mempresentasikan pengetahuan yang telah didapatkan, dan lain sebagainya.
Mengambil Risiko
Gagasan kreatif seringkali keluar dari pemikiran dan tindakan yang sudah menjadi tradisi. Gagasan tersebut belum masih minim praktik, bahkan mungkin belum ada dan berisiko memiliki celah kesalahan (kerugian mungkin besar dan/atau tidak terduga). Sebagai individu kreatif seharusnya tidak terhambat oleh ketakutan terhadap risiko-risiko tersebut, bukan karena ia tidak takut, tapi karena proses kreatif juga merupakan problem solving. Tepatnya, problem solving dalam kreativitas menempuh “extra miles”, artinya individu kreatif sudah mengkalkulasi risiko yang akan dihadapinya.
Hal apa yang sebaiknya Anda lakukan untuk mendorong peserta didik berani mengambil risiko saat di kelas?
Hal yang sebaiknya dilakukan untuk mendorong peserta didik berani mengambil risiko saat di kelas antara lain dengan;
- Mengkondisikan lingkungan belajar yang aman dan nyaman dalam proses pembelajaran, sehingga para murid tidak takut disalahkan dan dihakimi ketika melakukan kesalahan dalam proses belajar.
- Mendorong murid untuk aktif, kreatif dan komunikatif melalui kegiatan yang interaktif dalam pembelajaran.
- Memberikan kegiatan pembelajaran yang menantang dan memotivasi
- Menyediakan contoh nyata penerapan dalam kehidupan sehari-hari
- Melakukan refleksi bersama dalam kegiatan pembelajaran dan mendukung setiap hasil refleksi.